Artikel Dibalik Layar Bisnis Sepak Bola

                                                 DIBALIK LAYAR BISNIS SEPAK BOLA


 

        Dewasa ini sepakbola telah berkembang dan mendudukan dirinya sebagai olahraga paling populer di dunia. Sepakbola tidak lagi sekedar bicara tentang bagaimana sebelas orang dalam sebuah tim berjuang bersama untuk memenangkan sebuah pertandingan. Dari semula yang bertujuan hanya untuk hiburan dan aktivitas untuk menjaga kesehatan tubuh, namun pada saat ini sepakbola telah masuk ke dalam industri bisnis dan mengejar keuntungan. Sebuah olahraga yang awalnya bersifat amatir, sekarang sudah bernilai ratusan dolar dari perputaran bisnisnya, dan setiap tahun klub-klub sepakbola dunia dapat menghasilkan uang dengan angka yang luar biasa. Sumber penghasilan ini berasal dari pendapatan tiket, merchandise, sponsorship, hak penyiaran televisi, serta melakukan cobranding. Saat ini di Indonesia, sebagai negara yang menjadikan sepakbola menjadi olahraga nomor satu, juga sedang menuju ke industri sepakbola yang profesional.

      Dapat dilihat dari peraturan Mendagri tahun 2012 tentang larangan klub sepakbola menggunakan dana APBD yang selama ini diandalkan sebagai nyawa setiap klub sepakbola. Kemudian dari regulasi PSSI, yang juga mengharuskan untuk setiap klub sepakbola memiliki standar profesional, seperti sporting, infrastruktur, personil dan administrasi, legal serta financial. Sebagai sebuah organisasi berbadan UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA 2 hukum atau berbentuk perusahaan, sudah seharusnya sebuah klub sepakbola di Indonesia dijalankan layaknya mengelola sebuah perusahaan. Yogyakarta, sebuah kota yang masih kental akan budaya dan tradisinya, mempunyai sebuah tim sepakbola lokal bernama PSIM Jogja. PSIM atau Perserikatan Sepakbola Indonesia Mataram lahir pada tanggal 5 September 1929 di Yogyakarta, pada awal berdirinya bernama Persatuan Sepakraga Mataram (PSM). Tujuan awal dibentuknya PSIM Jogja adalah sebagai alat revolusi pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui bidang olahraga. Nama Mataram digunakan karena Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan kerajaan Mataram (Ngayogyakarta Hadiningrat). Kemudian pada tanggal 27 Juli 1930 nama PSM diubah menjadi PSIM seperti yang dikenal sekarang.

       Klub-klub sepakbola di Indonesia saat ini memang dituntut lebih giat untuk menarik minat sponsor. Karena selain prestasi, citra sebuah klub sepakbola juga menjadi perhatian khusus para sponsor dan investor. Sejalan dengan hal tersebut, diperlukan upaya dan strategi untuk menaikkan brand image PSIM Jogja agar dilirik para calon investor dan sponsor, dan menghapus stigma tentang suporter PSIM yang dikenal sering rusuh, serta memberikan edukasi kepada para suporter agar menjaga nama besar PSIM, karena hal itu juga menjadi pertimbangan bagi calon sponsor yang ingin memberikan dana segar bagi manajemen PSIM. Agar mampu bertahan di era industri sepakbola modern sekarang ini, serta menjadi sebuah klub yang lebih profesional, PSIM Jogja perlu melakukan aktivitas rebranding. Rebranding adalah strategi pemasaran UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA 9 yang mana perusahaan membuat sebuah nama baru, tagline, simbol, desain yang diciptakan untuk merek yang sudah terkenal dengan tujuan pengembangan, memberikan sebuah pembaharuan di benak konsumen, investor, sponsor, dan pesaing. Seringkali rebranding ini melibatkan perubahan pada logo, nama, gambar, strategi pemasaran, dan advertising. Perubahan yang digarap dalam rebranding haruslah terpercaya dan meyakinkan, mengingat ada hal-hal yang harus dihapus atau diganti dari ingatan konsumennya. Proses rebranding tidak semata-mata ditujukan pada konsumen saja, tetapi pada seluruh stakeholders, termasuk orangorang yang bekerja untuk perusahaan (PSIM) itu sendiri, yaitu internal manajemen. Rebranding merupakan strategi branding yang sangat efektif untuk mencapai tujuan PSIM Jogja menjadi sebuah klub yang benar-benar profesional. 

       Cara rebranding yang tepat terhadap PSIM Jogja harus meliputi corporate rebranding, repositioning dan rejuvenation. Corporate branding (merek perusahaan) harus dilakukan agar proses kerja di dalam manajemen berubah dari proses kerja konvensional ke proses kerja yang profesional. Repositioning berarti membuat ulang strategi penempatan posisi sebuah brand di benak konsumen, dengan cara memberi makna dan image baru. Perluasan positioning PSIM Jogja dari yang sebelumnya hanya organisasi olahraga sepakbola lokal kota Yogyakarta menjadi sebuah klub yang masuk ke industri bisnis sepakbola dunia. Rejuvenation atau peremajaan perlu dilakukan untuk proses penyampaian dari semua UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA 10 perubahan internal yang terjadi, seperti perubahan logo, maskot klub, maupun kartu identitas fans klub. Jadi, perubahan harus dimulai dari dalam dahulu yang kemudian baru menyeluruh, serta harus tersampaikan dengan baik kepada target audience, sehingga proses rebranding ini dapat berjalan dengan baik tanpa meninggalkan kebudayaan Jawa (Mataram) sebagai sebuah produk yang dimaksimalkan sebagai identitas klub PSIM Jogja.

Philipus Vardiman_915190067

Comments