Artikel Framing Media Digital

 FRAMING MEDIA DIGITAL


 

Media massa adalah bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat. Media massa berperan memberikan referensi untuk mengetahui informasi dan isu-isu terkini kepada publik. Seiring dengan perkembangan teknologi, media massa juga turut berkembang ke arah digital. Media digital merupakan salah satu bentuk media massa yang isinya disiarkan melalui website, media sosial, gambar dan video digital, audio digital, dll.

Dengan adanya media digital, memungkinkan suatu informasi untuk lebih cepat diterbitkan dalam hitungan menit atau detik. Sehingga mempercepat distribusi informasi ke khalayak luas. Serta, menembus ruang dan waktu dengan jangkauan global via jaringan internet dan dalam waktu beriringan. Terlepas dari semua kelebihan itu, media digital juga memiliki kekurangan. Kecepatan informasi untuk dapat terbit lebih cepat, terkadang kerap membuat informasi yang dimuat tak selalu akurat dan kurang komplit. Hal ini dapat disebabkan oleh narasumber berita yang kurang lengkap dan lebih mengutamakan aktualisasi.

Di era digital saat ini, praktik jurnalisme juga menghadapi beberapa tantangan serius. Media massa terkadang mengalami pergeseran cara kerja. Tapi bukan berarti harus mengalami pergeseran nilai dan meninggalkan kode etik jurnalistik dalam pembuatan konten. Selain harus beradaptasi terhadap teknologi digital, juga harus menghadapi banyaknya penyebaran hoaks dan berita negatif yang makin masif di media sosial. Mendapatkan intervensi dari atasan hingga pemilik media dan eksternal seperti dari pemerintah, pihak yang berkuasa, pihak yang merasa dirugikan atau pemasang iklan juga merupakan hambatan yang dirasakan di era digital.

Dalam media massa, dikenal konsep framing media. Framing media digital adalah sudut pandang media digital dalam memberitakan sebuah isu/topik yang beredar di masyarakat luas berdasarkan politik redaksional media. Menurut Alex Sobur pada bukunya yang berjudul Analisis Teks Media (2015), framing merupakan teknik penyajian realitas yang tidak di manipulasi seluruhnya, namun hanya dibelokkan secara halus, dengan menonjolkan sebagian realita atau selektif terhadap realita lainnya.

Framing berbicara bagaimana media mengalihkan perhatian khalayak dari kepentingan sebuah isu ke dalam apa yang ingin diproyeksikan dan digunakan untuk mengetahui efek media. Misalnya, dalam pemberitaan tentang kenaikan harga BBM. Media yang bias terhadap pemerintah, cenderung mendukung kenaikan harga BBM. Sebaliknya, media yang anti terhadap pemerintah, lebih mengkritisi dan menunjukkan dampak negatif yang dirasakan konsumen. Framing media ibarat pisau yang tajam. Dapat bermanfaat apabila digunakan untuk hal yang positif. Namun, bisa jadi hal yang merusak apabila disalahgunakan.

Nama : Catherine Angelica
Nim : 915190022

Comments